Selasa, 01 Maret 2011

iad


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Transportasi laut berperan penting dalam dunia perdagangan internasional maupun domestik. Transportasi laut juga membuka akses dan menghubungkan wilayah pulau, baik daerah sudah yang maju maupun yang masih terisolasi. Sebagai negara kepulauan (archipelagic state), Indonesia memang amat membutuhkan transportasi laut.
VALLEGA (2001) dalam perspektif geografis mengingatkan bahwa tantangan globalisasi yang berkaitan dengan kelautan adalah transportasi laut, sistem komunikasi, urbanisasi di wilayah pesisir, dan pariwisata bahari. Karena itu diperlukan kebijakan kelautan (ocean policy) yang mengakomodasi transportasi laut di sebuah negeri bahari.
Perkembangan transportasi laut di Indonesia sampai saat ini masih dikuasai oleh pihak asing. Di bidang transportasi laut, Indonesia ternyata belum memiliki armada kapal yang memadai dari segi jumlah maupun kapasitasnya.
Data tahun 2001 menunjukkan, kapasitas share armada nasional terhadap angkutan luar negeri yang mencapai 345 juta ton hanya mencapai 5,6 persen. Adapun share armada nasional terhadap angkutan dalam negeri yang mencapai 170 juta ton hanya mencapai 56,4 persen. Kondisi semacam ini tentu sangat mengkhawatirkan terutama dalam menghadapi era perdagangan bebas.
B. Laut Indonesia Milik Siapa dan Siapa yang Mengamankan?
Hakikat Dan Makna Laut Bagi Bangsa Indonesia. Laut dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan umat manusia. Perkembangan peradaban manusia telah membawa kemajuan di bidang teknologi termasuk teknologi kelautan. Berbeda dengan daratan laut tidak dapat diduduki secara permanen, dipagari atau dikuasai secara mutlak, laut hanya dapat dikendalikan, itupun dalam tempo yang terbatas. Indonesia adalah negara kepulauan dengan demikian laut bagi bangsa Indonesia, merupakan bagian integral dari wilayah negara yang tidak dapat dibagi-bagi untuk itu laut hanya dibedakan dalam rezim hukum yang mengaturnya. Laut juga bagian integral dari wilayah dunia, hal inilah yang mengakibatkan terjadinya benturan kepentingan dengan demikian pemanfaatan dan penggunaan laut bagi kepentingan umat manusia harus diatur dengan hukum laut, yang sepakati bukan hanya masyarakat salah satu negara tetapi juga oleh masyarakat bangsa-bangsa.
Keamanan Laut bukan hanya penegakan hukum di laut, karena keamanan laut mengandung pengertian bahwa laut bisa dikendalikan dan aman digunakan oleh pengguna untuk bebas dari ancaman atau gangguan terhadap aktifitas pemanfaatan laut, yaitu : Pertama, laut bebas dari ancaman kekerasan secara terorganisasi dengan kekuatan bersenjata ancaman tersebut dapat berupa, pembajakan perompakan, sabotase maupun aksi teror bersenjata. Kedua, laut bebas dari ancaman navigasi, yang ditimbulkan oleh kondisi geografi dan hidrografi serta kurang memadainya sarana bantu navigasi sehingga membahayakan keselamatan pelayaran. Ketiga, laut bebas dari ancaman terhadap sumber daya laut berupa pencemaran dan perusakan ekosistem laut serta eksploitasi dan eksplorasi yang berlebihan. Keempat, laut bebas dari ancaman pelanggaran hukum, baik hukum nasional maupun internasional seperti illegal fishing, illegal loging, illegal migrant, penyelundupan dan lain-lain. Meyadari hal-hal diatas masalah yang kompleks dan semakin kompleks karena dilaut bertemu dua kepentingan yang saling mengikat, yaitu kepentingan nasional dan internasional oleh sebab itu tegaknya, keaamanan di laut tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh satu institusi secara mandiri. Tentunya keberhasilan pengamanan laut, sangat bergantung kepada peduli atau tidaknya komponen-komponen lain yang menjadikan laut sebagai sumber pengabdiannya.
C.Tujuan penulisan
Untuk mengetahui tentang perkembangan transportasi laut dari zaman ke zaman.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Transportasi Laut
Pada zaman prasejarah perahu banyak dipuja oleh berbagai suku bangsa. Mereka yang bertempat tinggal dekat air, misalnya di tepi sungai atau laut, menganggap perahu merupakan suatu benda yang sangat berarti dalam kehidupan sehari-hari.
Penemuan perahu kuno buatan abad ke-17 di Sungai Bengawan Solo baru-baru ini (SH, 8/10) setidaknya memberi gambaran bahwa sejak lama Indonesia merupakan salah satu “negara perahu” tersohor. Menurut data sejarah, sejak ribuan tahun yang lalu memang nenek moyang kita sudah berprofesi sebagai pelaut. Mereka dengan gagah berani mengarungi samudera luas. Bukan hanya di wilayah Indonesia, tetapi sudah menyeberang ke Asia Tenggara, Pasifik, bahkan jauh sekali hingga Madagaskar di benua Afrika. Mereka berlayar untuk berbagai keperluan, terutama berdagang dalam taraf yang paling primitif.
Menurut pakar prasejarah Prof. R.P. Soejono, dulu pun timbul kepercayaan bahwa bila manusia meninggal, arwahnya akan diantar oleh perahu ke suatu pulau di seberang lautan. Di sanalah nantinya arwah akan bertempat tinggal. Karena itu peti mayat bangsa pelaut tersebut dibuat menyerupai bentuk perahu. Sebuah perahu tiruan disertakan pada mayat yang dikubur dalam peti tersebut. Tradisi seperti ini dulu banyak dijumpai di kepulauan Tanimbar, Babar, Leti, suku Dayak Ngaju, Toraja, Sumba, dan Pulau Roti.
Perahu sebagai kendaraan roh ke dunia arwah itu dilukiskan pada masa paleometalik atau logam awal. Perahu juga banyak terdapat pada pola hias nekara, yaitu bejana besar terbuat dari logam perunggu.
Pada masa selanjutnya, pola hias perahu memengaruhi kain batik, kain tenun tradisional, dan ornamen peninggalan budaya lainnya. Dalam filosofi Islam, menurut Prof. Dr. Hasan M. Ambary, pakar arkeologi Islam, perahu diibaratkan kendaraan untuk menuju tempat yang abadi. Tidak heran bila seorang sastrawan Aceh terkenal pada masa dulu, Hamzah Fansuri, pernah menulis sebuah karya berjudul “Syair Perahu” yang begitu melegenda.
Berkat perahu, pengetahuan tentang kemaritiman semakin maju serta dunia semakin terbuka dan dekat, bahkan berperang. Sayangnya, koleksi-koleksi perahu kita hanya sedikit terdapat di Museum Bahari Jakarta dan Museum La Galigo Makasar. Mudah-mudahan nantinya koleksi museum-museum kita akan bertambah lengkap, sehingga kita bisa menyaksikan jenis-jenis perahu yang dibuat berbagai suku bangsa di Indonesia. Cukup berupa miniatur perahu, model, atau replikanya agar tidak memakan tempat.

B.     Perkembangan Transportasi Laut
Sejak dulu, kapal laut menjadi sarana penting bagi manusia untuk melakukan perjalanan antarpulau bahkan benua. Kini karena kecanggihan teknologi, kapal bahkan bisa dibuat laksana istana berjalan.
Dahulu transportasi belum secanggih sekarang ini bandingkan saja transportasi zaman dahulu dan zaman modern saat ini. Contoh transportasi darat pada zaman dahulu masih menggunakan kuda, keledai, gajah, dan kerbau tetapi sekarang sudah menggunakan motor, mobil, kereta api listrik.
Dahulu transportasi udara jarang memiliki Bandar udara tetapi saat ini hampir di setiap Ibu Kota Provinsi sudah mempunyai Bandar udara dan di pulau terpencil pun juga sudah ada.
Pada zaman dahulu transportasi laut masih menggunakan rakit, perahu dayung, dan perahu layar. Seiring dengan perkembangan teknologi alat transportasi laut sudah dapat menjangkau lautan yang luas, sekarang alat transportasi laut ada yang namanya kapal feri yaitu kapal, selain itu ada speedboad dan kapal pesiar, dan kapal kontainer untuk pengangkutan barang-barang kiriman dalam negeri maupun luar negeri. Kapal tanker digunakan untuk mengangkut minyak dan gas.
Kemungkinan besar perahu nenek moyang kita yang paling awal terbuat dari bambu. Di Indonesia bambu sangat mudah diperoleh karena bambu dapat tumbuh di mana-mana, baik di daerah berhawa sejuk maupun daerah berudara panas.
Dengan merangkaikan bambu-bambu itu, kemudian diikat dengan tali, maka jadilah perahu yang amat sederhana. Pada masa sekarang perahu demikian biasa disebut rakit atau getek. Bentuknya polos, tanpa kemudi dan tanpa layar. Oleh karena itu rakit hanya efektif untuk pelayaran jalur pendek lewat sungai.
Mungkin juga perahu pertama terbuat dari beberapa batang pohon pisang (gedebong) yang digabung menjadi satu. Bambu dan gedebong merupakan bahan yang ringan dan mudah mengambang di air. Rakit dari kedua bahan itu masih digunakan oleh penduduk daerah pedalaman yang terisolasi jalan darat sampai sekarang
Sesuai dengan kondisi geografis, di tempat lain perahu paling awal diduga terbuat dari sebatang pohon besar yang bagian tengahnya dilubangi, mirip lesung atau sampan. Perahu seperti inilah yang paling populer sebagaimana terlihat pada lukisan-lukisan goa prasejarah, yakni masa sebelum dikenalnya sumber tertulis, di Sulawesi dan Papua.
Bentuk sampan kemudian berkembang. Sebagai pengganti tenaga manusia untuk mendayung, digunakan layar yang menggunakan tenaga angin. Bentuk layar yang umum dikenal adalah segitiga dan segiempat. Bahan dasar pembuatan layar mungkin sejenis tikar pandan, tumbuh-tumbuhan yang dianyam, kulit kayu, atau kulit binatang yang disambung-sambung.
Bukti adanya perahu yang lebih bagus diperlihatkan oleh sejumlah relief Candi Borobudur. Ditafsirkan, sebelum abad ke-9 nenek moyang kita telah mengenal sekurang-kurangnya tiga jenis perahu, yakni perahu lesung, perahu besar yang tidak bercadik, dan perahu bercadik.
Perahu tertua dan perlengkapannya pernah ditemukan di situs kerajaan Sriwijaya bertarikh abad VII-XIV. Itulah perahu kayu yang dianggap tertua hingga kini.
Sebagai negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa dan kebudayaan, di Indonesia banyak sekali terdapat jenis perahu sesuai tradisi lokal. Apalagi negara kita disebut negara kepulauan dan negara bahari yang 70 persen dari bagiannya berupa perairan. Beberapa jenis perahu yang dikenal di Indonesia umumya populer di daerah pesisir pantai, antara lain sampan, biduk, bidar, kora-kora, klotok, ketingting, pancalang, lancang, kalulus, bahtera, tongkang, janggolan, jung, palari, sandek, paduakang, orembai, rorehe, sope, balaso-e, eretan, kano, dan sekoci. Perahu-perahu itu ada yang polos, ada yang berwarna-warni dipenuhi hiasan atau ukiran. Fungsinya pun bermacam-macam, seperti untuk membawa hasil tangkapan, membawa barang dagangan, olahraga, transportasi, pesiar, menjaga keamanan, dan berperang.
Di Indonesia pernah ditemukan perahu yang tergolong unik. Zaman dulu pada perahu perang, dayung bisa difungsikan sebagai tombak. Tentu setelah dibuat sedemikian rupa terlebih dulu sehingga mudah dipegang dan dilemparkan ke arah musuh.
Umumnya bentuk perahu yang berlayar di sungai berbeda dengan perahu untuk transportasi laut. Perahu sungai berbentuk lebih kecil daripada perahu untuk di laut. Ini karena air sungai relatif tenang, sementara air laut sering dipenuhi gelombang.
Pada masa kemudian jumlah layar terus bertambah, disesuaikan dengan besar perahu. Jadi tidak hanya satu, melainkan sampai banyak berlapis-lapis menggunakan tiang tinggi. Karena teknologi terus berkembang maka perahu juga dibuat dari bahan-bahan yang lebih kuat, seperti fiberglass, ferrocement, dan logam. Sebagai daya penggerak digunakan motor atau mesin tempel yang mengandalkan baling-baling sebagai kemudi, untuk menggantikan peran dayung dan layar. Ini disebut kapal motor. Kapal motor yang sangat cepat jalannya, disebut speedboat. Biasanya untuk berlomba macam Formula 1 di olahraga otomotif.
Ada lagi yang disebut perahu karet. Perahu modern ini biasanya digunakan untuk olahraga arum jeram dan untuk menolong penduduk yang terkena musibah banjir.
Perahu yang berukuran sangat besar sering disebut kapal air atau kapal laut. Karena menggunakan bahan bakar batubara, ada yang disebut kapal api. Berjenis-jenis kapal yang dikenal, antara lain kapal kargo, kapal tunda, kapal tanker, kapal pesiar, kapal perang (bahkan yang disebut kapal induk amat sangat besar), kapal penangkap ikan, dan kapal penumpang.
Ada pula yang disebut kapal selam. Kapal ini agak unik karena jalannya tidak mengapung di atas air, tetapi menenggelamkan diri. Maklum kapal jenis ini adalah kapal perang. Jadi supaya tidak terlacak musuh, ya harus sembunyi-sembunyi jalannya.
C.Macam-Macam Perahu
Perahu: Sarana pengangkutan di air. Sering kali tidak bergeladak. Bentuk dan peralatannya disesuaikan dengan kegunaannya. Wujudnya ruang persegi panjang. Berasal dari kata padao atau parao yang lazim terdapat di sekitar Malabar (India).
jukung: Jenis perahu yang pembuatannya secara langsung dari satu pokok kayu utuh, misalnya kayu jati, kayu sukun, dan kayu nangka. Setiap daerah pesisir memiliki tradisi sendiri dalam pembuatan jukung. Ada jukung yang mempunyai cadik ganda, yakni di kanan kiri badan perahu. Ada pula yang hanya mempunyai cadik tunggal. Bahkan ada yang tidak mempunyai cadik. Sejumlah jukung dilengkapi layar. Fungsi utama jukung adalah membawa hasil tangkapan para nelayan. Sementara cadiknya berfungsi untuk menjaga keseimbangan.
Pinisi: Umumnya pinisi berbahan kayu jati. Perahu pinisi yang terkenal dibuat oleh Suku Bira di Sulawesi Selatan. Fungsi utama pinisi adalah untuk transportasi dan mengangkut barang dagangan. Karena panjangnya sekitar 35 meter, maka kemampuan daya angkutnya mencapai 200 ton. Perahu pinisi dilengkapi kemudi dan layar.
Lancang Kuning: Lancang berarti perahu. Jadi artinya perahu berwarna kuning. Dulu merupakan perahu kebesaran raja yang dipergunakan untuk pesiar atau meninjau keadaan daerah dan rakyatnya. Lancang Kuning yang terkenal berasal dari Bengkalis, Riau, dan Kalimantan Barat. Perahu itu mempunyai 14 dayung, masing-masing tujuh di kanan dan kiri. Dulu perahu Lancang Kuning begitu populer, sehingga dibuatkan lagu.
Alut Pasa: Alut artinya perahu dan pasa artinya lomba. Jadi alut pasa adalah perahu untuk berlomba. Berasal dari Kalimantan Timur. Sering digunakan oleh Suku Dayak Kenyah.
Lete: Dulu perahu lete banyak dipakai untuk mengangkut garam dari Madura ke seluruh Indonesia. Saat ini sering digunakan untuk mengangkut ternak, kayu, dan barang-barang dagangan lain.
Sampan: Perahu kecil dan ringan, terutama digunakan di sungai dan pelabuhan. Berasal dari kata China, berarti tiga papan. Umumnya mempunyai kabin beratap tikar. Banyak dipakai sebagai tempat tinggal. Mempunyai satu layar, dikayuh dengan satu atau lebih dayung.
Sekoci: Sampan dayung kecil yang ditempatkan di kapal. Digunakan untuk mengangkut penumpang atau barang ke darat dan sebaliknya. Juga digunakan sebagai sampan penyelamat dalam keadaan darurat di kapal. Misalnya jika terjadi kebakaran kapal, orang menyelamatkan diri menggunakan sekoci itu. (Sumber: Museum Bahari dan Ensiklopedia Indonesia)

D.Macam-Macam Alat Transportasi Laut
Di bumi yang mayoritas bagiannya adalah lautan, perahu dan kapal layar menjadi alat transportasi tertua yang digunakan sejak 5000 tahun yang lalu. Adalah penduduk Mesir Kuno yang menemukan cara kerja kapal layar. Dengan meletakkan layar pada perahu, maka angin akan meniup layar tersebut dan mendorong perahu hingga bisa berjalan lebih laju dan kuat.
Di tahun-tahun berikutnya, temuan sederhana itu menjadi ide cemerlang bagi pembuatan kapal layar yang ukurannya jauh lebih besar. Kapal layar besar itu antara lain digunakan untuk membawa kargo atau barang-barang, membawa penumpang, hingga berperang atau mencari harta karun. Misalnya saja Kapal Galleon milik Spanyol, yang digunakan untuk berperang melawan Amerika pada tahun 1.500-an. Selain dilengkapi dengan sejumlah layar kapal yang lebar, kapal tersebut juga dilengkapi sejumlah meriam.
Kini kapal layar ringan (yacht) masih sering digunakan untuk kepentingan lomba. Lomba ini sering berupa adu ketangkasan untuk mengendalikan kapal layar di tengah ombak dan cuaca yang kadang tak bersahabat.


Kapal Uap, Kapal Cepat
Setelah pembuatan kapal layar makin berkembang dan kebutuhan berlayar yang lebih cepat mulai dirasakan, kapal uap kemudian menjadi primadona transportasi baru. Tahun 1807, akhirnya Clermont, yakni kapal uap pertama yang berhasil diciptakan mulai melakukan perjalanan lautnya. Rute awalnya adalah Sungai Hudson,Amerika ke Albania.

Setelah itu pada tahun 1812, kapal uap lainnya juga mulai dioperasikan, yakni dari New Orleans, Amerika Serikat untuk mengarungi sungai Misisipi. Cara kerja mesin uap pada kapal tersebut adalah dengan mengandalkan mesin uap yang menggerakkan roda kayuh yang ada di buritan. Gerakan roda tersebut menyebabkan kapal bisa terdorong dengan lebih kencang.
Awalnya dulu, kapal mesin uap digunakan di sepanjang rute sungai untuk mengangat barang-barang perdagangan, lalu mulai dipakai untuk mengangkut penumpang juga. Sedangkan kapal  uap yang ukurannya lebih besar lagi dan digunakan khusus untuk mengangkut penumpang, disebut kapal samudra.Umumnya kapal tersebut memang digunakan untuk mengarungi samudra dan dengan konsep yang lebih mewah.  Hingga saat ini, sejumlah kapal uap masih digunakan di beberapa negara untuk kepentingan wisata.

Transportasi Perang
Seperti yang telah disebutkan di awal, sejak zaman dulu kapal digunakan sebagai transportasi perang. Mereka akan berlayar ke berbagai tempat untuk merompak kapal lain atau berburu harta karun. Dalam misi mereka itulah perang pasti tak terelakkan.
Seperti yang dilakukan oleh orang Yunani Kuno pada tahun 400SM. Mereka membuat kapal perang yang disebut Trireme. Setiap sisi kapal tersebut menyediakan tempat untuk 85 pendayung. Jika mereka bertemu dengan kapal musuh, para pendayung itu akan mengayuh sekuat tenaga sehingga kapal bisa berlayar dengan kecepatan tinnggi dan menenggelamkan kapal musuh.
Situasi dunia makin memungkinkan terjadinya perang yang membutuhkan berbagai alat transportasi dan perang yang makin canggih. Berbagai kapal lalu sengaja dibuat untuk kepentingan perang.
Di tahun 1600-an, kapal-kapal perang memiliki barisan meriam tembak dalam lubang-lubang yang ada dalam lambung kapal. Namun cara tersebut memiliki risiko tinggi. Sebab meriam bisa meledak sewaktu-waktu dan berisiko meledakkan kapal itu sendiri. Hal tersebut antara lain terjadi pada kapal perang Wasa milik Swedia yang meledak dan tenggelam di pelabuhan Stockholm pada tahun 1628.
Saat ini, kapal perang tak sekedar mengandalkan kecepatan seperti Triereme atau meriam seperti Kapal Galleon lagi. Kini kapal perang dibuat makin canggih. Sejumlah negara memiliki kapal induk. Kapal berukuran raksasa itu dilengkapi dengan tempat penyimpanan sejumlah pesawat tempur, area lepas landas pesawat, pesawat pembom yang canggih, juga elevator untuk membawa pesawat tempur dari tempat penyimpanan ke dek penerbangan, berbagai antena radio dan radar yang canggih, tempat tinggal awak kapal dan pasukan tempur, serta masih banyak lagi.
Pengangkut Barang
Salah satu keuntungan besar ditemukannya trasnportasi kapal adalah berkembangnya usaha perdagangan antartempat atau negara. Lihat saja Orang Romawi Kuno. Mereka telah menggunakan kapal layar kayu untuk mengangkut barang sejak sekitar tahun 200. Saat itu mereka membawa padi dari Mesir dengan kapal yang panjangnya 55 meter. Selain padi, mereka juga membawa sejumlah budak dan tawanan.
Lalu ada juga kapal kargo Cutty Sark milik Inggris, yang digunakan pada tahun 1800-an untuk mengangkut teh Cina ke Eropa dan Amerika. Pada saat itu, kapal ini merupakan kapal layar kargo yang terbesar dan tercepat (dibanding kapal kargo lainnya).
Mengangkut barang melalui kapal bukan berarti tak memiliki risiko. Tapi kapal justru menjadi pilihan karena biaya yang lebih murah dibandingkan mengirim barang melalui pesawat terbang. Bahkan lebih dari sembilan puluh persen, perdagangan di dunia saat ini menggunakan jasa kapal. Karena itu kini kapal khusus pengangkut barang atau kapal kargo dibuat lebih besar, kuat, dan canggih.
Untuk keamanan dan efisiensi pengangkutan barang, kapal kargo didisain sedemikian rupa sehingga mampu mengangkut kargo dalam jumlah besar yang juga berat secara aman.
Kapal-kapal kargo masa kini biasanya memiliki lambung kapal yang besar dan luas, yang menyerupai gudang. Selain itu kapal biasanya didisain seperti sel sebagai tempat menyimpan kargo dalam peti kemas ukuran tertentu. Bahkan sejumlah kapal kargo besar juga bisa sekaligus mengangkut beberapa truk atau mobil pengangkut barang.
Transportasi  Wisata
Keindahan laut dan kenyamanan perjalanan menjadi aset jual utama dalam wisata laut. Itulah sebabnya, lalu dikembangkan kapal-kapal pesiar dengan disain yang nyaman dan mewah.
Tahun 1912, kapal mewah Titanic berhasil diciptakan. Kapal ini didisain dengan mewah dan demikian rupa sehingga dijamin tak ’kan mungkin tenggelam. Namun sayang, justru pada pelayaran perdananya kapal tersebut tenggelam karena menabrak gunung es. Sebanyak 1500 penumpang yang menggunakan berbagai kelas kenyamanan ini terpaksa meninggal dalam tragedi tersebut.
Tak ingin mengulang kembali tragedi  Titanic, kapal-kapal pesiar berikutnya lalu dibuat dengan ketelitian lebih seksama dan dibuat makin canggih.
Misalnya saja kapal Sun Princess yang memiliki rute mengarungi laut Karibia. Kapal ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas mewah. Dari teater atau bioskop mini, pusat kebugaran dan kesehatan, restoran hingga lantai dansa. Kapal yang berkapasitas mengangkut 2000 penumpang ini memang berukuran besar. Panjangnya saja 261 m. Wah...wah...
Perkembangan aneka kapal laut ini memang memukau dan akan terus berkembang. Tak heran, sebab bumi kita memang kaya akan laut dan samudra...(surien)











BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Transportasi laut berperan penting dalam dunia perdagangan internasional maupun domestik. Transportasi laut juga membuka akses dan menghubungkan wilayah pulau, baik daerah sudah yang maju maupun yang masih terisolasi. Sebagai negara kepulauan (archipelagic state), Indonesia memang amat membutuhkan transportasi laut.
. Laut dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan umat manusia. Perkembangan peradaban manusia telah membawa kemajuan di bidang teknologi termasuk teknologi kelautan. Berbeda dengan daratan laut tidak dapat diduduki secara permanen, dipagari atau dikuasai secara mutlak, laut hanya dapat dikendalikan, itupun dalam tempo yang terbatas. Indonesia adalah negara kepulauan dengan demikian laut bagi bangsa Indonesia, merupakan bagian integral dari wilayah negara yang tidak dapat dibagi-bagi untuk itu laut hanya dibedakan dalam rezim hukum yang mengaturnya. Laut juga bagian integral dari wilayah dunia, hal inilah yang mengakibatkan terjadinya benturan kepentingan dengan demikian pemanfaatan dan penggunaan laut bagi kepentingan umat manusia harus diatur dengan hukum laut, yang sepakati bukan hanya masyarakat salah satu negara tetapi juga oleh masyarakat bangsa-bangsa.
B. Saran
Penulis menyadari didalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan  oleh karena itu penulis  mengharapkan kriti dan saran dari pembaca yang bersifat kontruksi.