Kamis, 03 Februari 2011


makalah komunikasi sosial
PENGGUNAAN MEDIA VISUAL (GAMBAR) DALAM
PEMBELAJARAN ANAK HIPERAKTIF
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah: Komunikasi Sosial
Dosen: Hj Nia Khoeruniasih, SPd





















Disusun oleh:
Dede Sarman             10411721030011
Ujang Lely                 10411721030008




Program Studi : Pendidikan Luar Sekolah
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2010
KATA PENGANTAR


Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul “Penggunaan Media Visual (Gambar) dalam Pembelajaran Anak Hiperaktif di Lembaga Terapi Anak Al Tisma Kudus” telah terselesaikan.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salahsatu tugas dalam mata kuliah Komunikasi Sosial pada Program Study Pendidikan Luar Sekolah Semestr I. Menyadari keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, maka dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari peranan berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung Terutama Kepada Ibu Nia Khoeruniasih Sebagai Dosen Pembimbing Kami dan tak lupa kepada rekan-rekan kami yang telah memberikaan dukungamn kepada kami untuk dapat menyelaesaikan makalah ini. Semoga semua bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin
Dan kami pun tidak tertutup untuk semua keritikan yang dilontarkan kepada kami atas terselesaikannya  makalah ini. Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembacanya.





Karawang, 31 Januari 2011





penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................
A.    Latar belakang masalah...........................................................................................
B.     Permasalahan...........................................................................................................
C.     Penegasan Istilah.....................................................................................................
D.    Identifikasi Permasalahan........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................
A.    Media Visual...........................................................................................................
1.      Pengertian Media Visual.........................................................................................
2.      Fungsi Media Visual................................................................................................
3.      Penggunaan Media Visual.......................................................................................
4.      Pengembangan Media Visual..................................................................................
5.      Bentuk Media Visual (Gambar)..............................................................................

B.     Penggunaan Media Visual (Gambar) dalam Pembelajaran Anak Hiperaktif..........
1.      Pengembangan Kurikulum......................................................................................
2.      Pelaksanaan Pembelajaran.......................................................................................
3.      Evaluasi...................................................................................................................

C. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................
A.    Kesimpulan..............................................................................................................
B.     Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
LAMPIRAN GAMBAR...................................................................................................



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Permasalahan

Pendidikan adalah usaha sadar untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak didik yang terarah menuju tercapainya pendidikan nasional.Dalam UUD 1945 pasal 31  ayat (1) berbunyi: “Tiap-tiap Warga Negara berhak mendapat pengajaran.” Kata tiap-tiap menunjukkan bahwa semua warga negara Indonesia termasuk anak luar biasa atau  anak berkebutuhan khusus/berkelainan berhak untuk memperoleh pendidikan.

Salah satu upaya Pemerintah dalam memantapkan pembangunan di bidang pendidikan adalah disahkannya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 8 ayat (1) berbunyi: “Warga Negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa, selanjutnya pasal 47 ayat (1) berbunyi: “Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan seluas-luasnya dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.” Selanjutnya ayat (2) berbunyi: “Ciri khas satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat tetap diindahkan. ”Sebagai tindak lanjut dari Undang-undang tersebut sudah diterbitkan pula Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1991, tentang Pendidikan Luar Biasa pasal 3 ayat (1) “Jenis kelainan peserta didik terdiri atas kelainan fisik dan/atau mental, dan/atau kelainan perilaku.”

Peraturan Pemerintah tahun 2002 tentang Pendidikan Luar Biasa yang merupakan penyempurnaan terhadap PP PLB, pada salah satu pasalnya berbunyi bahwa anak yang memerlukan perhatian khusus, sehingga perlu pelayanan pendidikan khusus, antara lain adalah hiperaktif.

Hiperaktif atau yang dikenal dengan Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) atau Attention Deficit Disorder (ADD) menggambarkan anakanak yang menderita ketidakmampuan untuk ‘stop, look, listen and think (Abikoff, 1987). Kelemahan tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menggunakan strategi kognitif yang terorganisir sehingga sulit memusatkan dan mempertahankan perhatian. Perilaku mereka tidak diatur melalui aturan yang jelas.

Penyebab pasti hiperaktifitas pada anak tidak dapat disebutkan denganjelas, dikatakan pada beberapa referensi bahwa penyebab terjadinya hiperaktifitas bersifat multi faktorial dimulai dari faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, tingkat kecerdasan (IQ), terjadinya disfungsi metabolisme, ketidak teraturan hormonal, lingkungan fisik, sosial dan pola pengasuhan anak oleh orang tua, guru dan orang-orang yang berpengaruh disekitarnya.

Pada tahun 1996 NIMH menyebutkan beberapa gejala utama hiperaktifitas: Perasaan gelisah, selalu menggerakkan tangan dan kaki tanpa maksud tertentu, terburu-buru, tidak bisa  duduk dengan tenang, menjawab pertanyaan yang belum selesai ditanyakan dan tidak sabaran menunggu giliran.

B. Permasalahan
Dari uraian diatas, timbul permasalahan “Bagaimana cara menggunakan media visual (gambar) dalam pembelajaran anak hiperaktif ?” mengingat betapa pentingnya media tersebut demi perkembangan mereka. Melalui media visual, diharapkan proses pembelajaran akan mendorong tumbuhnya perhatian dan pencapaian hasil belajar yang lebih baik bagi siswa.

C. Penegasan Istilah
Berkaitan dengan judul di atas ditegaskan pengertian masing-masing istilah, yaitu sebagai berikut:
1. Penggunaan
Secara harfiah, penggunaan dapat diartikan proses, cara, memanfaatan sesuatu untuk tujuan tertentu. (KBBI, 1999:569)
2. Media Visual
Media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengan lebih baik, lebih sempurna (Depdikbud,1989:569).
Media visual adalah semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar mengajar   yang bisa dinikmati lewat panca-indera mata. Media ini dapatberupa: media bentuk papan, media gambar dan media proyeksi (Daryanto,1993:27). Tapi dalam hal ini hanya dikhususkan pada media gambar.
3. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai
suatu tujuan. Dalam pembelajaran ada pengakuan terhadap kemampuan siswa untuk belajar dan kemampuan ini akan terwujud apabila dibantu dan dibimbing oleh guru (Tim MKDK, 1996:10).
4. Hiperaktif
Hiperaktif merupakan gangguan pemusatan perhatian yang disertai gejala hiperaktivitas motorik, atau yang dikenal sebagai ADD (Attention Deficit Disorder) atau ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder) (Keluarga.Org. Kids Health,1999:8).

D. Identifikasi Permasalahan
Untuk mengajarkan anak hiperaktif dalam rangka mencapai tujuan instruksional diperlukan sistem lingkungan belajar. Komponen lingkungan belajar menurut Sudjana (1997:1) mencakup:
(a) tujuan pengajaran,
(b) bahan pengajaran,
(c) metodologi pengajaran,
(d) penilaian pengajaran.
Komponen-komponen ini saling berinteraksi secara bervariasi dalam proses belajar.
Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar  dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Di dalam pembelajaran, khususnya anak hiperaktif masih dalam tahap konkret-operasional yaitu pola berpikir anak masih terbatas pada benda-benda konkret yang dapat dilihat dan diraba. Untuk dapat mencapai tujuan instruksional peranan guru dalam menggunakan metode serta media jelas akan menolong siswa dalam belajar memahami suatu materi pelajaran tersebut. Berdasarkan uraian di atas, berbagai permasalahan yang memperkuat alasan penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1.    Pentingnya peran pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa) dalam upaya
pengembangan potensi anak terutama anak hiperaktif demi masa depan
mereka nantinya.
2.    Pentingnya penggunaan media visual dalam meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pembelajaran anak hiperaktif mengingat betapa bandelnya dan
sulitnya anak hiperaktif untuk diatur sehingga diharapkan dengan penggunaan
media visual ini dapat menarik minat mereka untuk belajar.
3.    Masih banyaknya bentuk media visual yang digunakan dalam pembelajaran
yang harus diketahui oleh seorang guru terutama dalam membimbing anak
hiperaktif, sehingga dapat memotivasi anak untuk belajar.























BAB II
PEMBAHASAN

A. Media Visual
1. Pengertian Media Visual
Media Visual (Daryanto, 1993:27), artinya semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar yang bisa dinikmati lewat panca-indera mata. Media visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi.
Dengan demikian media visual dapat diartikan sebagai alat pembelajaran yang hanya bisa dilihat untuk memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan akan isi materi pelajaran. Pendidikan melalui media visual adalah metoda/cara untuk memperoleh pengertian yang lebih baik dari sesuatu yang dapat dilihat daripada sesuatu yang didengar atau dibacanya.

2. Fungsi Media Visual
Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi efektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.
·         Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau teks materi pelajaran.
·         Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.
·         Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
·         Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

3. Penggunaan Media Visual
Selama proses belajar mengajar kita cenderung menggunakan pancaindera penglihatan, kita memakai mata kita untuk memperoleh informasi, isyarat, tanda atau hal yang menarik perhatian kita, kenyataan ini mempunyai arti yang penting untuk keperluan belajar dan mengajar. Kemampuan penglihatan harus dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan proses belajar mengajar. Penampilan visual tidak boleh mengganggu, gambar dan tulisan yang diproyeksikan harus dapat dibaca, untuk itu harus jelas dan terang. Visual tidak  boleh meragukan, artinya obyek-obyek yang masih asing atau belum dikenal hendaklah ditampilkan sedini mungkin. Untuk mendapatkan gambaran tentang ukuran dan bentuknya, harus terlihat perbandingannya dengan obyek lain yang sudah dikenal. Media visual tidak boleh terlalu ramai dan kacau supaya informasi yang dimaksudkan dapat tertangkap jelas oleh siswa.
Media visual haruslah sesuai dengan kenyataan dan dapat diterima, kalau mungkin gerakan gambar, grafis atau slide yang asli untuk membuat master copy (duplikat asli yang pertama kali), gunakan yang asli (master) untuk membuat setiap turunan/kopi/duplikat  untuk menjaga kualitas gambar.
Prinsip umum untuk penggunaan efektif media visual, yaitu :
a.         Usahakan visual itu sesederhana mungkin dengan menggunakan gambar garis, karton, bagan, dan diagram. Gambar realistis harus digunakan secara hati-hati karena gambar yang amat rinci seringkali mengganggu perhatian siswa untuk mengamati apa yang seharusnya diperhatikan.
b.         Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran (yang terdapat teks) sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik..
c.         Gunakan grafik untuk menggambar ikhtisar keseluruhan materi sebelum menyajikan unit demi unit pelajaran untuk digunakan oleh siswa
mengorganisasikan informasi.
d.    Ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat.
e.     Gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep
f.     Hindari visual yang tak berimbang.
g.    Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual.
h.    Visual yang diproyeksikan harus dapat terbaca dan mudah dibaca.
i.     Visual, khususnya diagram, amat membantu untuk mempelajari materi yang agak kompleks
j.     Visual yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan gagasan khusus akan efektif apabila jumlah obyek dalam visual yang akan ditafsirkan dengan benar dijaga agar terbatas, dan semua obyek dan aksi yang dimaksudkan dilukiskan secara realistik sehingga tidak terjadi penafsiran ganda.
k.    Unsur-unsur pesan dalam visual itu harus ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan dari unsur-unsur latar belakang untuk mempermudah pengolahan informasi.
l.     Caption (keterangan gambar) harus disiapkan terutama untuk menambah informasi yang sulit dilukiskan secara visual, seperti lumpur, kemiskinan, memberi nama orang, tempat atau obyek, menghubungkan kejadian atau aksi dalam lukisan dengan visual sebelum atau sesudahnya, dan menyatakan apa yang orang dalam gambar itu sedang kerjakan, pikirkan atau katakan.
m.   Warna harus digunakan secara realistik.
n.    Warna dan pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan komponen-komponen.

4. Pengembangan Media Visual
Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepadasiswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti foto, gambar/ilustrasi, sketsa/gambar garis,  grafik, bagan, chart, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih. Foto menghadirkan ilustrasi melalui gambar yang hampir menyamai kenyataan dari sesuatu obyek atau sesuatu. Sementara itu, grafik merupakan representasi simbolis dan artistik sesuatu obyek atau situasi.
Bahan-bahan grafis, gambar dan lain-lain yang ada disekitar kita, seperti majalah, iklan-iklan, papan informasi, mempunyai banyak gagasan untuk merancang bahan visual yang menyangkut penataan elemen-elemen visual yang akan ditampilkan. Tataan dapat dimengerti, dibaca, dan dapat menarik perhatian sehingga ia mampu menyampaikan pesan yang diinginkan oleh penggunaannya. Dalam proses penataan itu harus diperhatikan prinsip-prinsip desain, antara lain prinsip kesederhanaan, keterpaduan, penekanan, dan keseimbangan. Bentuk, garis, ruang, tekstur, dan warna juga perlu dipertimbangkan
·         Kesederhanaan
Kesederhanaan mengacu kepada jumlah elemen yang terkandung dalam
suatu visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa menangkap
dan memahami pesan yang disajikan visual itu. Pesan atau informasi yang
panjang atau rumit harus dibagi-bagi ke dalam beberapa bahan visual.
·         Keterpaduan
Keterpaduan mengacu kepada hubungan yang terdapat di antara elemenelemen
visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen206
elemen itu harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu keseluruhan sehingga
visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal yang dapat
membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya.
·         Penekanan
Meskipun penyajian visual dirancang sesederhana mungkin, seringkali
konsep yang ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur
yang akan menjadi pusat perhatian siswa. Dengan menggunakan ukuran,
hubungan-hubungan, perspektif, warna, atau ruang penekanan dapat diberikan
kepada unsur terpenting.
·         Keseimbangan
Bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang penayangan
yang memberikan persepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya simetris
tetapi memberikan kesan dinamis dan dapat menarik perhatian disebut
keseimbangan formal. Keseimbangan seperti ini menampakkan dua bayangan
visual yang sama dan sebangun.
·         Bentuk
Bentuk yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan minat dan
perhatian. Oleh karena itu, pemilihan bentuk sebagai unsur visual dalam penyajian
pesan, informasi atau isi pelajaran perlu diperhatikan.
·         Garis
Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sehingga dapat
menuntun perhatian siswa untuk mempelajari suatu urutan-urutan khusus.
·         Tekstur
Tekstur adalah unsur visual yang dapat menimbulkan kesan kasar atau
halus. Tekstur dapat digunakan untuk penekanan suatu unsur seperti halnya
warna.
·         Warna
Warna merupakan unsur visual yang penting, tetapi ia harus digunakan
dengan hati-hati untuk memperoleh dampak yang baik. Warna digunakan untuk
memberi kesan pemisahan atau penekanan, atau untuk membangun keterpaduan.
Disamping itu, warna dapat mempertinggi tingkat realisme obyek atau situasi
yang digambarkan, menunjukkan persamaan dan perbedaan, dan menciptakan
respons emosional tertentu. Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan ketika
menggunakan warna, yaitu
(1) pemilihan warna khusus (merah, biru, kuning, dan
 sebagainya),
(2) nilai warna (tingkat ketebalan dan ketipisan warna itu
 dibandingkan dengan unsur lain dalam visual tersebut), dan
(3) intensitas atau
 kekuatan warna itu untuk memberikan dampak yang diinginkan.

5. Bentuk Media Visual (Gambar)
Ada berbagai bentuk media visual (gambar) yang dapat membantu proses belajar mengajar terutama anak hiperaktif yaitu media gambar yang meliputi gambar chart, gambar chart berseri (flipchart), foto dan lain-lain. Tujuan utama penampilan berbagai jenis media visual (gambar) ini adalah untuk memvisualisasikan konsep yang telah di persiapkan untuk bahan pembelajaran. Adapun berikut ini adalah beberapa jenis gambar yang cukup dikenal dalam media pembelajaran:
a. Gambar Chart
Chart adalah sebuah lembaran kertas yang berisi informasi dalam bentukgambar  dan tulisan, angka, tabel, diagram, grafik dan sebagainya yang berguna untuk memperjelas materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di depan siswa.
Fungsi chart adalah untuk menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan dengan cara yang lebih visualisasi agar lebih mudah dimengerti dengan melalui penjelasan gambar.
Jenis chart ada 2 yakni:
1)      Chart tunggal
adalah satu kesatuan informasi yang dituangkan dalam satu lembar.
2)      Chart berseri/flip chart
adalah satu kesatuan informasi yang dituangkan dalam beberapa tahapan atau dibuat berseri .
Untuk mengajar/menjelaskan kepada siswa kita jangan menunjuk gambar chart dengan tangan langsung karena ini bisa menghalangi gambar yang ditampilkan, tetapi gunakan alat penunjuk yang berupa: batang bambu kecil panjang, atau pulpen yang tangkainya bisa diperpanjang seperti antene radio.Gambar chart berseri (flipchart)  sebenarnya sama dengan chart tunggal, perbedaannya adalah pada chart berseri (flipchart) serangkaian beberapa lembar gambar merupakan satu komponen/kesatuan informasi yang disajikan secara berurutan dengan cara ditumpuk/dibendel dan dijepit menjadi satu, informasisebelumnya yang terdapat pada lembar-lembar chart dibawahnya tidak boleh dilihat oleh siswa, sehingga sebelum lembar pertama telah jelas baru boleh dibuka lembaran berikutnya sehingga ada hubungan kesatuan dari lembar pertama ke lembar berikutnya.
Ciri khas dari flipchart adalah lembaran-lembaran gambar chart adalah berurutan di mana satu bendel merupakan satu kesatuan yang utuh. Flipchart disajikan lembar demi lembar sehingga minat dan konsentrasi siswa terarah pada penjelasan gambar chart yang dijelaskan oleh guru tersebut.
b. Foto
Hasil pemotretan fotografi adalah merupakan media (alat bantu mengajar) gambar juga, hanya perbedaannya gambar ini didapatkan dengan peralatan yang dinamakan kamera foto sehingga obyek yang digambar sesuai dengan apa yang ada. Foto merupakan media visual yang efektif karena lebih nyata, kongkret, alamiah, realistis, akurat, dimensi/skala benar dan akurat. Foto dapat membatasi ruang, waktu dan ukuran. Obyek yang tidak mungkin dibawa ke kelas, berukuran besar/terlalu kecil yang tidak memungkinkan dibawa ke kelas, kejadian yang sudah tidak mungkin diulangi bisa digantikan dengan media foto ini.
Gambar fotografi dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya dari surat-surat kabar, majalah-majalah, brosur-brosur dan buku-buku. Gambar, lukisan, kartun, ilustrasi, foto yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut dapat digunakan oleh guru secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar, pada setiap jenjang pendidikan dan berbagai disiplin ilmu. Gambar fotografi itu pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran. Membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, menulis dan menggambar, serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks.
Sebagai media pengajaran, foto haruslah dipilih dan digunakan sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian foto bias memenuhi fungsinya untuk membangkitkan motivasi dan minat siswa, mengembangkan kemampuan siswa berbahasa, dan membantu siswa menafsirkan serta mengingat isi pelajaran yang berkenaan dengan foto-foto tersebut. Disamping siswa dapat menggunakan foto secara perorangan, foto dapat pula digunakan secara berkelompok terutama untuk melancarkan kegiatan diskusi tentang isi pelajaran. Diskusi tentang jenis-jenis spesies tertentu dari binatang akan berjalan efektif apabila disertai dengan foto-foto berbagai jenis binatang yang termasuk spesies yang sedang dibicarakan. Untuk menunjukkan berbagai jenis gaya bangunan (arsitek) Islam, atau perbedaan gaya arsitek dari berbagai negara dan zaman, misalnya, foto dapat digunakan dengan efektif. Sudjana & Rivai (1991) menguraikan beberapa kriteria pemilihan foto untuk tujuan pengajaran, yaitu mendukung pencapaian tujuan pengajaran, kualitas artistik, kejelasan dan ukuran yang memadai, validitas, dan menarik. Foto benarbenar melukiskan konsep atau pesan isi pelajaran yang ingin disampaikan sehingga dapat memperlancar pencapaian tujuan. Foto disesuaikan dengan tingkat usia siswa, sederhana atau tidak rumit sehingga siswa tidak salah menafsirkan pesan dalam foto itu.
Foto yang digunakan sebagai media pegajaran harus artistik dalam arti foto tersebut mempertimbangkan faktor-faktor seperti komposisi, pewarnaan yang efektif, dan teknik pengambilan dann pemrosesan yang baik. Selanjutnya, foto harus cukup besar dan jelas untuk kelompok siswa yang dihadapi. Foto harus jelas karena dengan ketajaman dan kontras yang baik yang dapat memberikan ketepatan dan rincian yang memadai untuk menggambarkan kenyataan yang ditampilkannya.
Kebenaran foto atau validitas foto menggambarkan keadaan yang sesungguhnya, bukanlah foto sesuatu obyek atau peristiwa yang dibuat-buat atau didramatisasi: foto seorang petani di desa kita yang sedang menuai padi dengan pisau alat panen merupakan kenyataan yang sesungguhnya, dibandingkan dengan seorang petani dari desa kita yang memanen padi di sawah dengan “mesin traktor penggiling padi.” Disamping itu, foto-foto untuk tujuan pengajaran harus dapat memikat perhatian siswa, misalnya foto-foto mengenai benda-benda atau obyek yang akrab dengan kehidupan siswa seperti binatang, boneka dan mainan, kereta api, dan lain-lain. Namun demikian, tidak berarti foto mengenai obyek yang kurang akrab dengan siswa tidak boleh disajikan. Mungkin foto tentang sesuatu obyek yang asing bagi siswa dapat menarik perhatian siswa karena baru pertama kalinya berkumpul dan siswa ingin mengetahui lebih jauh tentang obyek itu. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari gambar fotografi dalam hubungannya dengan kegiatan pengajaran, antara lain:
1)      Mudah dimanfaatkan di dalam kegiatan belajar mengajar, karena praktis tanpa memerlukan perlengkapan apa-apa.
2)      Harganya relatif lebih murah daripada jenis-jenis media pengajaran lainnya, dan cara memperolehnya pun mudah sekali tanpa perlu mengeluarkan biaya. Dengan memanfaatkan kalender bekas, majalah, surat kabar dan bahan-bahan grafis lainnya.
3)      Gambar fotografi bisa dipergunakan dalam banyak hal, untuk berbagai jenjang pengajaran dan berbagai disiplin ilmu. Mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi, dari ilmu-ilmu sosial sampai ilmu-ilmu eksakta.
4)      Gambar fotografi dapat menerjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak menjadi lebih realistik. Menurut Edgar Dale, gambar fotografi dapat mengubah tahap-tahap pengajaran, dari lambang kata (verbal symbols) beralih kepada tahapan yang lebih kongkret yaitu lambang visual (visual symbols).
Kelemahan gambar fotografi antara lain:
1)      Beberapa gambarnya sudah cukup memadai akan tetapi tidak cukup besar ukurannya bila dipergunakan untuk tujuan pengajaran kelompok besar, kecuali bilamana diproyeksikan melalui proyektor opek.
2)      Gambar fotografi adalah berdimensi dua, sehingga sukar untuk melukiskan bentuk sebenarnya yang berdimensi tiga. Kecuali bilaman dilengkapi dengan beberapa seri gambar untuk objek yang sama atau adegan yang diambil dilakukan dari berbagai sudut pemotretan yang berlainan.
3)      Gambar fotografi bagaimana pun indahnya tetap tidak memperlihatkan gerak seperti halnya gambar hidup. Namun demikian, beberapa gambar fotografi seri yang disusun secara berurutan dapat memberikan kesan gerak dapat saja dicobakan, dengan maksud guna meningkatkan daya efektifitas proses belajar mengajar.
Karakteristik dari gambar fotografi:
1)      Gambar fotografi itu adalah dua dimensi, dari sudut pandang pembelajaran hal itu menjadi amat penting terutama untuk mata pelajaran yang rumit.
2)      Gambar datar adalah medium yang “diam” oleh sebab itu dalam hal ini seringkali dipergunakan istilah gambar tetap atau gambar diam, untuk menyatakan bahwa gambar itu tidak bergerak.
3)      Gambar datar dapat memberi kesan gerak, misalnya gambar yang memperlihatkan adegan di jalan raya sangat efektif.
4)      Gambar datar menekankan gagasan pokok dan impresi, bahwa untuk menilai dan memilih gambar datar yang baik harus menampilkan satu gagasan utama. Dengan satu pusat perhatian maka seluruh adegan akan mendukung kepada pesan apa yang ingin disampaikan.
5)      Gambar datar memberi kesempatan untuk diamati rinciannya secara individual, misalnya hasil pemotretan jagat raya dengan benda-benda langitnya, memerlukan pengamatan rincian gambar yang tekun.
6)      Gambar datar dapat melayani berbagai mata pelajaran, segala macam objek dapat dipotret dari yang kongkret sampai kepada gagasan yang abstrak.
Ada beberapa kriteria dalam memilih gambar-gambar yang memenuhi persyaratan bagi tujuan pengajaran. Dalam hal ini guru hendak menetapkan kegunaan-kegunaan gambar yang secara relatif memadai, dan memilihnya yang terbaik untuk tujuan khusus pengajaran. Dari sudut pandang ini ada dua macam pertimbangan, pertama dari sudut pendidikan dan kedua dari sudut seni. Dalam memilih gambar fotografi ada lima kriteria untuk tujuan pengajaran, yaitu harus memadai untuk tujuan pengajaran, kualitas artistik, kejelasan dan ukuran yang cukup, validitas serta menarik.

Pertama gambar fotografi itu harus cukup memadai, artinya untuk tujuan pengajaran yaitu harus menampilkan gagasan, bagian informasi atau satu konsep jelas yang mendukung tujuan serta kebutuhan pengajaran. Di samping itu gambar fotografi hendaknya realistik dan hidup, pewarnaan yang bagus, dan harus cukup besar sehingga rinciannya bisa diamati untuk dipelajari. Dalam pada itu, untuk memilih gambar fotografi perlu memperhitungkan kesesuaiannya dengan tingkat usia siswa. Sedikit unsur terdapat di dalam gambar adalah cocok bagi anak-anak usia muda. Demikian pula pola gambarnya harus sederhana dan gagasannya tidak kompleks.
Kedua, gambar-gambar itu harus memenuhi persyaratan artistik yang bermutu. Gambar-gambar yang memenuhi persyaratan mutu seni juga harus memenuhi faktor-faktor:
1)      Komposisi yang baik, merupakan ciri fundamental efektivitas gambar yang baik atau pengorganisasian ke seluruh unsur-unsur gambar yang baik. Artinya gambar itu mempunyai pusat perhatian yang jelas sehingga memberikan keseimbangan kepada gambar secara keseluruhan., kedudukan dan arah garisgaris, pemakaian cahaya, bayangan serta pewarnaan. Jadi pusat perhatian dari suatu gambar adalah gagasan, misi, pesan yang ingin dikomunikasikan bukan bersifat fisik. Keefektifan suatu gambar ditentukan oleh sejauh mana baiknya gagasan dikomunikasikan melalui gambar-gambar itu.
2)      Pewarnaan yang efektif, berarti pemakaian warna-warna secara harmonis merupakan ciri kedua dari kualitas artistik suatu gambar. Gambar berwarna harus dipilih betul menurut kenyataan, dan alamiah misalnya merah, biru, hijau dan violet. Warna-warna campuran hanya dipergunakan bila ingin menonjolkan makna tertentu terhadap gagasan yang ditampilkan ke depan.
3)      Teknik pemotretan yang unggul bernilai lebih dari komposisi dan pewarnaan. Ketiga, gambar fotografi untuk tujuan pengajaran harus cukup besar dan jelas. Gambar yang tajam dan kontras mempunyai kelebihan, karena ketepatan dan rinciannya menggambarkan kenyataan secara lebih baik. Yang tidak kurang pentingnya adalah besarnya gambar, sehingga tampak jelas ke seluruh siswa. Bilamana ukuran gambar terlalu kecil maka akan sulit diamati, pemahaman dan daya tarik terhadap gambar merosot dan perhatian siswa kepada gambar pun hilang.

Keempat, validitas gambar. Gambar-gambar fotografi yang melukiskan suasana dramatis atau mencekam, adegan yang ideal, lebih pantas dipajang daripada untuk tujuan pengajaran. Gambar-gambar yang representatif dari bidang studi tertentu yang menampilkan pesan yang benar menurut ilmu, merupakan gambar-gambar yang tepat untuk maksud pengajaran yang sahih.
Kelima memikat perhatian kepada anak-anak. Memikat perhatian bagi anak-anak cenderung kepada hal-hal yang diminatinya, yaitu terhadap bendabenda yang akrab dengan kehidupan mereka, misalnya binatang-binatang, anakanak, kereta api, perahu, kapal terbang dan sebagainya.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam mempergunakan gambargambar
fotografi sebagai media visual pada setiap kegiatan pengajaran, antara lain:
1)      Pergunakanlah gambar untuk tujuan-tujuan pelajaran yang spesifik, yaitu dengan cara memilih gambar tertentu yang akan mendukung penjelasan inti pelajaran atau pokok-pokok pelajaran. Tujuan khusus itulah yang mengarahkan minat siswa kepada pokok-pokok terpenting dalam pelajaran.
2)      Padukan gambar-gambar kepada pelajaran, sebab keefektifan pemakaian gambar-gambar fotografi di dalam proses belajar mengajar memerlukan keterpaduan.
3)      Pergunakanlah gambar-gambar itu sedikit saja, daripada mempergunakan banyak gambar tetapi tidak efektif. Jumlah gambar yang sedikit tetapi selektif, lebih baik daripada dua kali mempertunjukkan gambar-gambar yang serabutan tanpa pilih-pilih. Banyaknya ilustrasi gambar secara berlebihan, akan mengakibatkan para siswa merasa dirongrong oleh sekelompok gambar yang memikat mereka, akan tetapi tidak menghasilkan kesan atau impresi visual yang jelas.
4)      Kurangilah penambahan kata-kata pada gambar, oleh karena gambar-gambar itu justru sangat penting dalam mengembangkan kata-kata atau cerita, atau dalam menyajikan gagasan baru. Misalnya gambar-gambar candi gaya Jawa Tengah dan Jawa Timur, siswa akan menjelaskan mengapa bentuknya tidak sama, apa yang membedakan ciri-ciri satu sama lain. Melalui gambar itulah mereka memperoleh kejelasan tentang istilah verbal.
5)      Mendorong pernyataan yang kreatif, melalui gambar-gambar para siswa akan didorong untuk mengembangkan keterampilan berbahasa lisan dan tulisan, seni grafis dan bentuk-bentuk kegiatan lainnya. Keterampilan jenis keterbacaan visual dalam hal ini sangat diperlukan bagi siswa dalam “membaca” gambar-gambar itu.
6)      Mengevalusi kemajuan kelas, bisa juga dengan memanfaatkan gambar-gambar baik secara umum maupun secara khusus. Jadi guru bisa mempergunakan gambar datar, slides atau transparan untuk melakukan evaluasi hasil belajar siswa. Pemakaian instrumen tes secara bervariasi akan sangat baik dilakukan, dalam upaya memperoleh hasil tes yang komprehensif serta menyeluruh.




B. Penggunaan Media Visual (Gambar) dalam Pembelajaran Anak Hiperaktif

1. Pengembangan Kurikulum
Anak hiperaktif memiliki kemampuan yang berdeferensiasi, serta proses perkembangan dan tingkat pencapaian programpun juga tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu kurikulum dapat dipilih, dimodifikasi dan dikembangkan sendiri oleh guru pembimbing/terapis, dengan bertitik tolak pada kebutuhan masing-masing anak berdasarkan hasil identifikasi. Pelayanan pendidikan bagi anak hiperaktif akan lebih baik apabila dimulai sejak dini (intervensi dini). Sehingga untuk mengembangkan kurikulum mengacu pada:
a.       Program Pengembangan kelompok bermain (usia 2-3 tahun)
b.      Kurikulum Taman Kanak-kanak (usia 4-5 tahun)
c.       Kurikulum Sekolah Dasar
d.      Kurikulum SLB Tuna Rungu
e.       Kurikulum SLB Tuna Rungu dan Tunagrahita
Penyusunan program layanan pendidikan dan pengajaran diambil dari kurikulum tersebut dengan mempertimbangkan kemampuan dan ketidakmampuan (kebutuhan) anak, dengan modifikasi. Kurikulum bagi anak hiperaktif dititik beratkan pada pengembangan kemampuan dasar, yaitu:
a.       Kemampuan dasar kognitif
b.      Kemampuan dasar bahasa/komunikasi
c.       Kemampuan dasar bina diri, dan
d.      Sosialisasi
Apabila kemampuan dasar tersebut dapat dicapai oleh anak dengan
mengacu pada kemampuan anak yang sebaya dengan usia biologi/kalendernya,
maka kurikulum dapat ditingkatkan pada kemampuan pra akademik dan
kemampuan akademik, meliputi kemampuan: membaca, menulis, dan matematika
(berhitung).

2. Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam membelajarkan anak hiperaktif digunakan sistem pembelajara lovaas one on one (pembelajaran satu guru satu murid) yang didasari oleh model perilaku kondisioning operant (Operant Conditioning) dimana efektifitas pengajaran berkaitan dengan control terhadap antecedent/perilaku yang lalu dan konsekwensi. Yaitu dengan memberikan reinforcement yang positif sebagai kunci dalam merubah perilaku. Sehingga perilaku yang baik dapat terus dilakukan, sedangkan perilaku buruk dihilangkan (melalui time out, hukuman, atau dengan kata “tidak”). Dalam teknisnya program loovas (Discrete Trial Training/DTT dari Lovaas) ini terdiri dari 4 bagian, yaitu:
a.       Stimuli dari guru agar anak berespons
b.      Respon anak
c.       Konsekwensi
d.      Berhenti sejenak dilanjutkan dengan perintah selanjutnya

Sedangkan metode yang digunakan dalam pembelajaran anak hiperaktif adalah metode yang memberikan gambaran konkrit tentang “sesuatu”, sehingga anak dapat menangkap pesan, informasi dan pengertian tentang “sesuatu” tersebut. Untuk itu sangat penting dalam membelajarkan anak hiperaktif dengan menggunakan media, terutama media visual (gambar), karena dengan gambargambar itu anak lebih mudah belajar memahami.
Media visual (gambar) itu mencakup gambar benda, gambar warna, gambar bentuk, gambar huruf, gambar angka dan gambar kata kerja. Kegiatan pembelajaran anak hiperaktif dengan menggunakan media visual gambar, meliputi:
1) Identifikasi Benda
a.       Materi yang diajarkan adalah menunjuk dan menyebutkan gambar
b.      Media yang digunakan adalah foto dari berbagai benda, dan kartu gambar
c.       Proses/Prosedur pembelajaran:
·         Identifikasi gambar: Gambar diletakkan di meja di depan anak. Persiapkan perhatian dan beri perintah “Tunjuk … (nama benda gambar tersebut)”. Prompt (bantuan/arahkan) anak untuk menunjuk gambar tersebut dan beri reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit demi sedikit prompt hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.
·         Melabel gambar: Duduk di kursi berhadapan dengan anak . persiapkan perhatian dan beri sebuah gambar. Katakan “Ini apa?” Prompt (bantuan/arahkan) anak untuk melabel (menyebutkan nama bendabenda) gambar tersebut dan beri reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit demi sedikit prompt hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.
2) Mencocokkan (Matching)
a.       Materi yang diajarkan adalah mencocokkan gambar
b.      Media yang digunakan adalah benda-benda dan gambar yang identik, kartu huruf, benda berwarna, kartu angka, dan berbagai bentuk.
c.       Proses/Prosedur pembelajaran:
ü  Letakkan benda (benda-benda) pada meja di hadapan anak.
ü  Beri sebuah benda yang cocok/sesuai dengan salah satu benda di hadapan anak dan
o   berikan perintah “Samakan”.
ü  Prompt (bantu) anak untuk meletakkan benda yang diberikan di atas atau di depan benda yang cocok/sesuai, dan beri reinforcer (hadiah/pujian).
ü  Kurangi sedikit demi sedikit prompt hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.
3). Identifikasi warna
a.       Materi yang diajarkan adalah mengidentifikasi gambar-gambar dan
a.       melabel (menyebutkan nama) benda-benda dan gambar-gambar.
b.      Media yang digunakan adalah kertas warna dan benda-benda berwarna
c.       Proses/Prosedur pembelajaran:
·         Identifikasi warna: Letakkan bahan-bahan berwarna di meja di hadapan anak. Persiapkan perhatian dan katakan “Tunjuk … (nama warna)”. Prompt (bantu/arahkan) anak untuk menunjuk warna yang benar dan reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit demi sedikit prompt hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.
·         Melabel warna:
ü  Duduk dikursi berhadapan dengan anak.
ü  Persiapkan perhatian dan perlihatkan sebuah benda berwarna. Katakan “Warna apa (ini)?”.
ü  Prompt (bantu/arahkan) anak untuk melabel warna yang dimaksud dan reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit demi sedikit prompt hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.
4) Identifikasi Bentuk
a.    Materi yang diajarkan adalah identifikasi bentuk dan melabel bentuk
b.    Media yang digunakan adalah berbagai bentuk dan gambar
c.    Proses/Prosedur pembelajaran:
·         Identifikasi bentuk: letakkan sebuah bentuk (berbagai bentuk) pada meja dihadapan anak. Persiapkan perhatian dan katakan “Tunjuk … (nama bentuk)”. Prompt (bantu/arahkan) anak untuk menunjuk bentuk yang benar dan reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit demi sedikit prompt hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.
·         Melabel bentuk:
ü  Duduk dikursi berhadapan dengan anak.
ü  Persiapkan perhatian dan perlihatkan sebuah bentuk. Katakan “Bentuk apa (ini)?”.
ü  Prompt (bantu/arahkan) anak untuk melabel bentuk yang dimaksud dan reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya.
ü  Kurangi sedikit demi sedikit prompt hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.
5) Identifikasi huruf
a.       Materi yang diajarkan adalah identifikasi huruf dan melabel huruf
b.      Media yang digunakan adalah kartu-kartu huruf
c.       Proses/Prosedur pembelajaran:
·         Identifikasi huruf:
ü  Letakkan huruf (-huruf) pada meja dihadapan anak.
ü  Persiapkan perhatian dan katakan “Tunjuk … (nama huruf)”. Prompt (bantu/arahkan) anak untuk menunjuk bentuk yang benar dan reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya.
ü  Kurangi sedikit demi sedikit prompt hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.
·         Melabel bentuk:
ü  Duduk dikursi berhadapan dengan anak. Persiapkan perhatian dan perlihatkan sebuah bentuk. Katakan “Huruf apa (ini)?”.
ü  Prompt (bantu/arahkan) anak untuk melabel bentuk yang dimaksud dan reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya.
ü  Kurangi sedikit demi sedikit prompt hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.
6) Identifikasi angka
a.       Materi yang diajarkan adalah identifikasi angka dan melabel angka
b.      Media yang akan digunakan adalah kartu-kartu angka
c.       Proses/Prosedur pembelajaran:
·         Identifikasi angka:
ü  Letakkan angka (-angka) pada meja dihadapan anak.
ü  Persiapkan perhatian dan katakan “Tunjuk … (nama angka)”.
ü  Prompt (bantu/arahkan) anak untuk menunjuk angka yang benar dan reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya.
ü  Kurangi sedikit demi sedikit prompt hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.
·         Melabel angka:
ü  Duduk dikursi berhadapan dengan anak.
ü  Persiapkan perhatian dan perlihatkan sebuah angka.
ü   Katakan “Angka (ber) apa (ini)?”.
ü  Prompt (bantu/arahkan) anak untuk melabel angka yangdimaksud dan reinforce responsnya.
ü  Kurangi sedikit demi sedikitprompt hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.
7) Identifikasi kata kerja
a.       Materi yang diajarkan adalah identifikasi kata kerja, melabel kata kerja
a.       dan menirukan gambar
b.      Media yang digunakan adalah foto/Gambar aktivitas orang
c.       Proses/Prosedur pembelajaran:
·         Identifikasi kata kerja:
ü  Letakkan gambar aktivitas orang pada meja dihadapan anak.
ü  Persiapkan perhatian dan katakan “Tunjuk … (gambar aktivitas orang)”.
ü  Prompt (bantu/arahkan) anak untuk menunjuk gambar yang benar dan reinforce (beri hadiah/pujian)responsnya.
ü  Kurangi sedikit demi sedikit prompt hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.
·         Melabel kata kerja:
ü  Duduk dikursi berhadapan dengan anak.
ü  Persiapkan perhatian dan perlihatkan sebuah gambar.
ü  Katakan “Gambar apa (ini)?”.
ü   Prompt (bantu/arahkan) anak untuk melabel gambar yang dimaksud dan reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya.
ü  Kurangi sedikit demi sedikit prompt hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.
·         Persiapkan perhatian anak dan beri perintah “Berdiri … (perintahkan anak menirukan aktivitas dalam gambar).
·          Prompt (bantu/arahkan) anak untuk menirukan aktivitas seperti dalam gambar, reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya.
·         Kurangi sedikit demi sedikit prompt hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.


3. Evaluasi
Evaluasi proses ini dilakukan seketika pada saat proses kegiatan berlangsung dengan cara meluruskan atau membetulkan perilaku menyimpang atau pembelajaran yang sedang berlangsung seketika itu juga. Hal ini dilakukan pembimbing dengan cara memberi reward atau demonstrasi secara verbal dan konkrit. Di samping itu untuk mengetahui sejauh mana program yang dicapai anak dapat diketahui dengan cara adanya catatan khusus/buku penghubung.








BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab di muka, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Dalam pembelajaran anak hiperaktif dilaksanakan dengan menggunakan sistem individual (lovaas one on one) dan dengan metode yang memberikan gambaran konkrit tentang “sesuatu”, sehingga anak dapat menangkap pesan,informasi dan pengertian tentang “sesuatu” tersebut. Salah satunya adalahdengan penggunaan  media visual (gambar). Pembelajaran dengan menggunakan media visual mencakup Identifikasi benda, mencocokkan (matching), identifikasi warna, identifikasi bentuk, identifikasi huruf, identifikasi angka, dan identifikasi kata kerja. Dimana dalam membelajarkannya dengan menunjukkan gambar satu persatu di depan anak dengan disertai prompt (bantuan/arahan) dan reinforce (hadiah/pujian) untuk respons yang benar, kemudian prompt dan reinforce itu dikurangi sedikit demi sedikit sampai tidak menggunakan sama sekali dan anak benar-benar menguasai materi pelajaran.
2.      Dari hasil pembelajaran dengan menggunakan media visual (gambar) pada anak hiperaktif, dapat disimpulkan bahwa media visual (gambar) memudahkan anak dalam memahami konsep dan membantu dalam generalisasi. Disamping itu dapat meningkatkan kemampuan bahasa, kognitif, afektif dan psikomotorik pada anak. Hal ini terbukti dengan 75 % anak hiperaktif berhasil menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru pembimbing/terapis melalui media visual (gambar) ini.

B. Saran
            Demi tercapainya tujuan dan kelancaran kegiatan pembelajaran anak hiperaktif perlu di selenggarakan secara lebih berkelanjutan. Akan tetapi kegiatan-kegiatan ini pun masih terbatasi oleh beberapa hal yang bagi para tenaga pengajar mungkin masih jadi kendala. Seharusnya kegiatan ini sudah jadi makanan harian bagi anak-anak di Indonesia agat menjadi pengasah motorik mereka.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1986. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo.
Clerq, Linda De. 1994. Tingkah Laku Abnormal. Jakarta: Grasindo.
Dahar, Wilis. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Daryanto. 1993. Media Visual untuk Pengajaran Teknik. Tarsito Bandung.
Depdiknas. 2002. Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Austik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan 2000. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Fontenelle, Don H. 1991. Memahami dan Mengatasi Anak Overaktif. Jakarta: Gunung Mulia.
Lask, Bryn. 1989. Memahami dan Mengatasi Masalah Anak Anda. Jakarta: Gramedia.
Patmonodewo, Soemiarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sadiman, Arief. 1984. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Hidup.
Soemardji & Sutaryadi. 1994. Evaluasi Hasil Belajar dan Pengajaran Remedial. UNS Surakarta.
Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 1997. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
http//www.google.com
Taylor, Eric. 1988. Anak yang Hiperaktif. Jakarta: Gramedia
Wes & Sheryl Haystead, Sunday School Smart Pages. 1992. Helping Children
with Special Needs : The Hiperactive Child. http//www.google.com. Hal 65, Gospel Light, Ventura.









LAMPIRAN
Gambar Alat Transportasi
Gambar benda dengan jumlah yang lebih
banyak



Gambar buah-buahan
Gambar abjad



Gambar orang beraktifitas
Gambar orang secara bertahap